Sabtu, 12 November 2016

IiiHhh.....

Seorang teman berkomentar:  "Ih, seksi banget sih, udah ibu-ibu pun".
ia berucap dengan nada mencela.
Komentarnya merujuk ke seorang aktris utama serial TV "Body of Proof" yang sedang kami tonton bersama di saluran Fox.
Dana Delany, pemeran dr. Megan Hunt.

Saya menoleh ke arahnya sembari tersenyum.
Tidak berkomentar.

Ada teman lain lagi.
Berkomentar hampir sama "Ih..."
Ketika melihat tayangan video clip Beyonce, Tinashe, dll.
Lagi-lagi cuma bisa senyum.

Di luar sana, kalau kita sedang jalan-jalan ke Mall, Taman atau tempat-tempat keramaian lain, sering kali kita temukan orang-orang berpakaian lebih minim.
Tapi jarang ada yang berkomentar, "Seksi banget sih?"
Padahal kalau dipikir-pikir, seorang aktris itu, ketika dia tampil seksi, mereka dapat bayaran lho.
Apalagi kalau aktrisnya adalah selebriti Hollywood.
Begh, mahall.....

Bukan ingin meng-amin-i penampilan seksi mereka.
Tapi.
Setidaknya mereka lebih berharga dibandingkan orang-orang disekitar kita yang ber-seksi ria, GRATIS...TISS...
Iya apa Iya?

Lalu kenapa harus bereaksi berlebihan dengan tayangan-tayangan di TV?

Sepertinya itu hanya karena beban adat ke Timuran.
Bahwa yang seperti itu tabu.
Padahal, sendirinya, ketika dikunjungi pacar, pake celana pendek, pake tanktop.
Diajak jalan-jalan pulang tengah Malam.
Bahkan nginap.
Malah ada yang sampe blendung perutnya.

Mana yang lebih bikin bergidik?
Mana yang lebih pantas dapat komentar "Ih........"?

(Geleng-geleng kepala)

Jadi pengen nyanyi.

Buka dulu topengmu...
Buka dulu topengmu...
Biar kulihat wajahmu...

BERSYUKUR

Seringkali kita menilai seseorang dari tingkah lakunya.
Tapi itu sebatas yang kita lihat saja.
Satu hari ada 24 jam.
Lalu selama berapa jam kah kita bersama seseorang yang kita nilai tadi?

Jika kebetulan seseorang itu adalah rekan kerja, mungkin kita bertemu dan memperhatikannya selama sekitar 8 jam sehari, itu pun hanya 5 hari seminggu, atau mungkin ada yang 6 hari seminggu.

Sisanya ada sekitar 16 jam/ per hari atau 80 jam per 5 hari, atau 128 jam per minggu (ditambah 48 jam pada hari Sabtu dan Minggu).

Jadi penilaian kita terhadap seorang rekan kerja, belum tentu benar. Karena kita hanya melihatnya selama 8 jam x 5 hari = 40 jam/Minggu, sementara yang kita tidak lihat adalah 128 jam/Minggu.

Artinya kita mengambil kesimpulan tetang seseorang (nilai waktu 128 jam/minggu) hanya berdasarkan waktu terbatas (40 jam/ minggu)

Sangat..sangat.. super tidak valid jika dikatakan itu adalah sebuah penilaian.
Karena, untuk seseorang yang mengerti 1 + 1 = 2 tidak akan pernah membenarkan pernyataan 40 = 128.

Itu kalau kita bicara tentang menilai. Selain bertindak sebagai penilai, kita juga sering dijadikan objek yang dinilai.
Nah, ada tipe orang yang sepertinya sangat cemas jika menjadi objek penilaian. Rela melakukan apa saja untuk memuaskan penilainya.

Coba perhatikan di sekeliling anda, ada berapa banyak orang yang seperti itu?

Ada berapa banyak orang yang pesan makan berlomba-lomba yang harganya paling mahal, dan jenis makanannya paling western. Untuk apa?
Supaya kata teman-teman, gaul dan kekikinian.
Walaupun pas bayar telan ludah, walaupun pas makan rasanya pengen muntah (karena gak pas dengan lidah timur).

Masih belum selesai, ketika pesanan datang.

Stop!!
Jangan sentuh!!!
Selfie dulu. Cekrek. Eh. Hasilnya kurang bagus.
Lagi. Cekrek. Masih kurang.
Akhirnya banyak waktu terbuang, hidangan keburu dingin baru disentuh.

Ada seseorang yang kita lihat. Wih cantik/ ganteng banget. HP nya Iphone. Pakaiannya BrandedPerfect banget. Sedangkan aku, jelek,  HP "MASA GITU", pakaian yang Rp 50.000,- dapet 3.
Tuhan gak adil.

Eh. Cuy. Makanya kalau liat jangan cuma luar. Liat baik-baik. Ntu orang cakep karena kerjanya perawatan tiap hari.
Kamu?
Main musik? Sport? Jaga warung? Beres-beres?
Mana lebih berharga, perawatan atau semua yang tadi?
Ya jelas kamu lah.

HP nya IPhone?
So what?
Emang ada pulsanya? Yakin tu HP ada pulsanya? Berapa banyak?
Rp 1.000,- ???
HP kamu yang "MASA GITU" gimana, selalu ada pulsanya kan? Rp 20.000,- lagi.
Buat apa HP harga berjuta-juta, tapi pulsanya menuju mati.

Pakaian Branded ?
Emang dia punya penghasilan berapa?
15 Jeti per bulan?
Mana ada orang sanggup hidup sampai akhir bulan, kalau tiap awal bulan beli barang mahal.

Saatnya bersyukur.
Apa pentingnya sih pandangan orang?
Utamakan kenyamanan hati.
Kata orang (kurang tau sih siapa orangnya), kehidupan itu seperti fisika tekanan berbanding lurus dengan gaya.
Kalau kamu merasa hidup banyak TEKANAN bisa jadi ENTE itu terlalu banyak GAYA.


Sumber : http://kolombloggratis.blogspot.com/2011/03/tips-cara-supaya-artikel-blog-tidak.html#ixzz20I7CgMLS