Seringkali kita menilai seseorang dari tingkah lakunya.
Tapi itu
sebatas yang kita lihat saja.
Satu hari ada 24 jam.
Lalu selama berapa
jam kah kita bersama seseorang yang kita nilai tadi?
Jika kebetulan
seseorang itu adalah rekan kerja, mungkin kita bertemu dan
memperhatikannya selama sekitar 8 jam sehari, itu pun hanya 5 hari
seminggu, atau mungkin ada yang 6 hari seminggu.
Sisanya ada sekitar 16
jam/ per hari atau 80 jam per 5 hari, atau 128 jam per minggu (ditambah
48 jam pada hari Sabtu dan Minggu).
Jadi penilaian kita terhadap seorang
rekan kerja, belum tentu benar. Karena kita hanya melihatnya selama 8
jam x 5 hari = 40 jam/Minggu, sementara yang kita tidak lihat adalah 128
jam/Minggu.
Artinya kita mengambil kesimpulan tetang seseorang (nilai waktu 128 jam/minggu) hanya berdasarkan waktu terbatas (40 jam/ minggu)
Sangat..sangat.. super tidak valid jika dikatakan itu adalah sebuah penilaian.
Karena, untuk seseorang yang mengerti 1 + 1 = 2 tidak akan pernah membenarkan pernyataan 40 = 128.
Itu kalau kita bicara tentang menilai. Selain bertindak sebagai penilai, kita juga
sering dijadikan objek yang dinilai.
Nah, ada tipe orang yang sepertinya
sangat cemas jika menjadi objek penilaian. Rela melakukan apa saja
untuk memuaskan penilainya.
Coba perhatikan di sekeliling anda, ada berapa banyak orang yang seperti itu?
Ada berapa banyak orang yang pesan makan berlomba-lomba yang harganya paling mahal, dan jenis makanannya paling western. Untuk apa?
Supaya kata teman-teman, gaul dan kekikinian.
Walaupun pas bayar telan ludah, walaupun pas makan rasanya pengen muntah (karena gak pas dengan lidah timur).
Masih belum selesai, ketika pesanan datang.
Stop!!
Jangan sentuh!!!
Selfie dulu. Cekrek. Eh. Hasilnya kurang bagus.
Lagi. Cekrek. Masih kurang.
Akhirnya banyak waktu terbuang, hidangan keburu dingin baru disentuh.
Ada seseorang yang kita lihat. Wih cantik/ ganteng banget. HP nya Iphone. Pakaiannya Branded. Perfect banget. Sedangkan aku, jelek, HP "MASA GITU", pakaian yang Rp 50.000,- dapet 3.
Tuhan gak adil.
Eh. Cuy. Makanya kalau liat jangan cuma luar. Liat baik-baik. Ntu orang cakep karena kerjanya perawatan tiap hari.
Kamu?
Main musik? Sport? Jaga warung? Beres-beres?
Mana lebih berharga, perawatan atau semua yang tadi?
Ya jelas kamu lah.
HP nya IPhone?
So what?
Emang ada pulsanya? Yakin tu HP ada pulsanya? Berapa banyak?
Rp 1.000,- ???
HP kamu yang "MASA GITU" gimana, selalu ada pulsanya kan? Rp 20.000,- lagi.
Buat apa HP harga berjuta-juta, tapi pulsanya menuju mati.
Pakaian Branded ?
Emang dia punya penghasilan berapa?
15 Jeti per bulan?
Mana ada orang sanggup hidup sampai akhir bulan, kalau tiap awal bulan beli barang mahal.
Saatnya bersyukur.
Apa pentingnya sih pandangan orang?
Utamakan kenyamanan hati.
Kata orang (kurang tau sih siapa orangnya), kehidupan itu seperti fisika tekanan berbanding lurus dengan gaya.
Kalau kamu merasa hidup banyak TEKANAN bisa jadi ENTE itu terlalu banyak GAYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sebelum beranjak dari halaman ini, jangan lupa sisipkan masukan & komen anda ya...